Selasa, 11 Juli 2017

Aku ingin berjuang.

Kepada kamu, Takdirku.

Seseorang yang bisa jadi saat ini sedang berjuang untuk menjagaku 

dengan caramu sendiri, pada suatu hari nanti.

Kau tahu, aku tak pernah mempercayaimu. Yang kulakukan adalah; mempercayakan pada Tuhan-tentangmu-bahwa Dia satu satunya yang akan menjadikanmu baik dan bisa kupercayai.
Hingga suatu hari nanti. Pada hari yang aku semogakan.

Kau janjikan aku pada Tuhan.

Aku ingin berkata padamu di hari itu,

"Kamu tidak perlu mengagumkan untuk bisa kusayangi setiap hari. Kamu cukup bersabar menemani saat aku marah. Dan tetap tinggal walaupun aku membosankan.
Jadilah perhentian yang menyenangkan. Sisanya, biar bagaimana Tuhan."

Semoga kita adalah apa yang aku semogakan. Aku ingin berjuang. Aku ingin kau perjuangankan.

:)

Rabu, 10 Mei 2017

Keajaiban - Tentang Maha Baik-nya, Dia.




Hari ini, saya ingin bercerita tentang betapa Maha Baik-nya Allah pada saya dan mimpi-mimpi saya.
Tentang Madrasah Diniyyah Al ihya cabang Dramaga. 
Saya seringkali bercerita tentang Madrasah Diniyyah (Madin) yang saya pegang dalam beberapa tulisan di blog saya. Tapi kali ini, saya ingin bercerita tentang hal-hal yang rasanya benar-benar diluar kepala saya. 

Satu cerita. Tentang betapa Maha Baiknya Dia.

Madrasah Diniyyah ini saya pegang sejak bulan februari.
Sekitar bulan januari, saya dapet kabar bahwa di masa kepengurusan saya nanti, akan ada pengajian akbar rutin di Al Ihya Pusat yang dilaksanakan setiap dua bulan sekali. Setiap madrasah di Bogor akan berkumpul dan mengikuti pengajian akbar di sana. Dan di jadwal pengajian tersebut, setiap Madrasah diminta untuk membawakan penampilannya ke atas panggung.


Waaah. Bisa bayangkan betapa setiap dua bulan sekali, saya gaboleh kehabisan ide untuk melatih anak-anak membawakan penampilan yang bagaimana dan seperti apa! hihihi.

Bulan februari lalu, adalah penampilan pertama anak-anak saya. Saya mengagendakan mereka, untuk tampil membawa drama Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis. Tak bisa saya lupakan, senyum canggung dan gugupnya mereka hari itu.

                         Kalian bisa, sayang!
Alhamdulillah. Sukses di penampilan pertama.
Untuk penampilan kedua di bulan april, saya-jauh-jauh-hari kembali mencari-cari ide;
akan membawa apa mereka?
Dan kemudian, pilihan saya jatuh pada shalawatan.

Saya ingin nanti didepan, anak-anak membawakan shalawatan. Shalawatan yang sederhana saja sebenernya. Tapi lama-lama, saya jadi kepikiran..

Saya pengeeen banget anak-anak membawakan shalawatan diiringi rebana. Saya tahu dari awal rasanya tidak mungkin,
Dapet rebana dari mana? Hihi

Saya kemudian mencari-cari informasi kepada teman-teman saya di Bogor atau pada orang-orang yang tahu banyak seputar Bogor. 


Pertanyaan saya cuma satu.


"Dimana tempat jual alat-alat rebana, ya?"
Dan kemudian jawabannya bernada sama.
"mau beli satuan? Ya gabisa"
"lah itu kan mahal banget"
"Coba cari di kampung arab deket empang."



Yak. Benar-benar kepercayaan diri tingkat tinggi, Ade. Bener bener tidak tahu diri juga. Hihi. Saya tidak mungkin membelinya dengan uang sendiri, bukan?



Tapi, siapa yang dapat mematahkan segala ketidakmungkinan?
Allah. Lagi-lagi Allah, kan?

:')
Jujur. Saya merinding sekali ketika menulis bagian ini..


Saya. Dengan segala ketidakmampuan saya menangani dunia dan membuatnya melakukan apa saja yang saya minta,


Saya. Dengan segala kerendahan dan kehinaan bahwa saya tak memiliki apa-apa tanpa izin-Nya..

Meminta pada-Nya; Allah.
Cintanya saya dari segala cinta..


Bahwa saya ingiiiin sekali anak-anak membawakan shalawatan diirini rebana di penampilan madin yang kedua. Saya tahu ini tidak mungkin. Tapi saya tetep  minta. Saya ceritakan pada Allah semuanya. Mengalir begutu saja. dalam doa dan sujud saya.
Dan..

Akhirnya. Dengan rencana seindah dan sebaik-baiknya..

Dua bulan kemudian, anak-anak saya benar-benar membawakan rebana untuk mengiringi shalawatan! Allahuma sholli 'alaa sayyidina Muhammad wa 'ala ali sayyudina Muhammad. :')


Loh, bagaiamana bisa?
Ya. Ada saja cara-Nya. Ada saja hal yang tiba-tiba semacam diluar kepala.

Sebulan sebelum Pengajian Akbar Al Ihya Pusat yang kedua, saya dihubungi sebuah Tim Pekan Kreativitas Mahasiswa dari seni religi ipb untuk bekerja sama dengan tim PKM mereka. PKM Pelantara Rebana. Mereka ingin meminta anak-anak  Madrasah Diniyyah Al Ihya Dramaga sebagai bagian dari tim mereka. Yang kemudian, dipinjamkan rebana sekaligus diajarkan!


Ma syaa Allah. 
Padahal saya cuma mintanya sama Allah, anak-anak membawa satu atau dua buah alat rebana saja. Saya yang mengajari sekedarnya, dan kemudian kami shalawatan bersama.


Tapi yang Allah beri..
Hampir semua anak laki-laki kedapatan berlatih dan memegang alat musik rebana. Plus diajarkan langsung oleh ahlinya. :')
Sementara yang perempuan, beramai-ramai mengalunkan shalawatan.





Allah. 
Betapa indahnya rencana Allah.

Fabiayyialaa 'irabbikuma tukadziban?
Maka, Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?


Yeay. It's the Day!

Sedang menunggu panggilan untuk tampil di depan acara kampus membawakan rebana nusantara. Pertama kalinya, Madin Al ihya Dramaga :)

Bersama kakak-kakak PKM Pelantara Rebana.

Dan saat ini, kami bersama kakak-kakak PKM Pelantara Rebana Sedang bersiap-siap untuk penampilan selanjutnya! Di Festival Anak Sholeh, Gedung Graha Widya Wisuda IPB, 23 Mei 2017. 
Bismillah. Doakan ya ^^

Sabtu, 06 Mei 2017

Aku mencintaimu, anak-anakku.

Ada satu titik dimana saya merasa.
Bahwa saya adalah wanita paling beruntung sedunia. Hanya dengan melihat wajah mereka saja. Sekejap mata. Tapi rasa sayang itu, senang sekali timbul dengan kapasitas yang tak saya duga.
Seperti misalnya, melihat video mereka yang sedang tertawa bersama. Atau ketika yang lain tengah saling menyibukkan diri, ada satu diantaranya yang bertingkah berbeda sendiri.
Video latihan rebana, misalnya. Dika dan iki tengah asyik berlatih. Faiz yang masih baru belajar ikut memperhatikan. Tapi bilal, malah sibuk dengan busa sepatu baru saya yang kemudian ia ambil dan jadikan sisir untuk rambut temannya, Dika. yang tengah sibuk bermain rebana. Wkwkwk.
Bisa saya rasakan. Betapa semangat mereka bagi saya semacam kekuatan tak bersuara. Bagaiamana senyum dan cerita yang mereka bagi pada saya hari ini, membuat saya betah berlama-lama duduk bersisi bahu atau membentuk lingkaran menatap mata mereka,
satu persatu.
Ibuk mencintaimu, 
anak-anakku..
Semoga Allah,
Ajarkan ibuk untuk terus bersyukur.





Sebelumnya, kegiatan mereka latihan rebana sekitar dua jam-an. Lalu teman-teman yang lain pulang. Cuma mereka yang masih ajakin ibuknya main. Awalnya pengen jalan-jalan ke kampus. Tapi lihat cuacanya sudah panas begini. Maka jadilah refreshingnya seperti ini, di majelis saja. Maaain game teruuss. Atau fotoin ibuknya diem-diem terus dizoom gede-gede. Emang usiiiiil :| hihi

Semoga semakin besar, ibuk doakan kalian semakin rajin mengajinya ya, Nak.. :)

Rabu, 03 Mei 2017

Bahwa kamu.


Kepada kamu, takdirku.

Bahwa dirimu. yang membuatku ingin mempercayai kekuatanku sendiri pada akhirnya.

Sebab karena itu kamu, aku belajar menjaga diriku sendiri.

Aku penasaran bagaimana perasaanmu jika saja kau tahu bahwa kau adalah orang pertama yang berhasil membuatku merasa perlu membaya payung ketika keluar dari rumah. Bagaimana sesampai disana, teman-temanku keheranan ketika melihat perempuan bandel sepertiku memakai payung pinjaman yang aku dapatkan dari teman kamar sebelah. 

Tanpa kehujanan seperti biasa.



Terasa sederhana. 

Tapi kau mampu mengubah sebagian kecil dari diriku ketika orang lain perlu bersusah-susah payah.
Tanpa perlu kau pun melakukan apa-apa. Cukup ada saja.

jika saja Allah benar-benar menautkan diriku padamu--pada akhirnya,
Aku ingin kau tahu dihari itu,

bahwa jauh dari hari ini.

Aku telah lebih dahulu membutuhkanmu.

Entah harus berlalu beberapa waktu. Entah harus menunggu berapa lama untuk jalan kita yang kurasa, masih terasa panjang.

Kita, yang tentu saja masih sama-sama belum bisa berterus terang.

Kapankah, saling menemukan ?

Senin, 01 Mei 2017

Menunggu reda.

Dan hari ini, sehabis mengaji sembari menunggu hujan reda. Mereka kembali mengungkapkan hal hal kecil yang selalu bikin saya geli sendiri karena saking polosnya. 😆

"Ibu. Ibu nanti gak pacaran, berarti kalau ada cowok ganteng langsung ibuk tarik tangannya ajakin nikah dong buk?" - Ucap Najwa sambil tertawa terbahak-bahak.
"ih bukan cari yang ganteng. Cari yang baik hatinya" -    sela april malu-malu.

Kemudia salah seorang anakku yang sudah piatu, berceletuk :
"Ibu, ibu. Kata ayahku, kan ibu sering ngaji. Pengen dijadiin istri."  -_____-

yang kemudian disusul ledakan tawa teman-temannya.

Hihi. Bahagia dengan anak-anakku itu,


selalu sederhana.. 😆😆😆