Sabtu, 16 Mei 2015

Dalam dekapan sajadah.

Kau  sadar betapa lemahnya dirimu, bila rindu datang betapa gagahnya.
Betapa ketidakmampuanmu meluapkan diri. Betapa ketidakmampuannya rindu itu sendiri.

Menangis dihadapan teman karib tentang apa yang membebani, mungkin masih dini. Kau pun tahu, tangismu tak benar-benar pecah. 
Legamu tak benar-benar merekah.
Sementara rindumu, masih tumpah ruah.


Seandainya setiap orang tahu,

Bahwa Rindu hanya membutuhkan pelabuh. 
Kemana ia harus berkisah tanpa perlu menahan napas. 
Kemana ia dapat bergerak lepas
menyulap duka sempit menjadi keikhlasan luas.


Seandainya setiap orang tahu

Ada rindu yang melabuh hingga sembuh
Ada rindu yang berbekas namun dapat ditepis keras,


dalam dekapan sajadah..
yang eratnya tak membuat resah.

Bentangannya basah, 
bersebab bulir bening yang turunnya deras.
Melegakan, tanpa perlu menangis keras.


Sebab dalam dekapan sajadah yang terbentang,
rindu kemudian tahu bagaimana caranya pulang.

   
Bersujud di hadapan Sang Kerinduan. Tangisannya tentram dalam jawaban. Tak lagi menyesakkan.


Cukuplah Dia yang berbelas kasihan
Cukuplah Dia yang menyimpan 
hingga bila masanya, cukuplah Dia yang menambatkan
rindu yang menjulang


pada yang tertuliskan.




Senin, 11 Mei 2015

Malarindu.


Tubuh ini sedang merindu.
Rindunya, rindu sekali.
Sesaknya, sesak sekali.

Bagaimana mungkin, ada rindu yang begini, Allah.

Rindu. Rindu Engkau.
Pemilik rindunya segala rindu.
Pengatur sang pecinta bertemu

Rindu Engkau. Allah.