Selasa, 19 Juli 2016

Berlibur ke smansa.



Hari ini karena begitu besar bahagia yang Allah tumbuhkan, maka aku bertekad untuk menuliskannya. Setiap bahagia yang Allah takdirkan. Setiap kesedihan yang Allah ganti. Hingga bila aku khilaf dan lupa nanti, aku ingin tulisan hari ini dapat memperbaiki peraaanku kembali. "Oh, begitu bahagianya hari-hari itu. Kenapa harus bekeluh karna sedih satu kali?" :)

Berlibur ke smansa. Sengaja aku memilih judul ini biar gak kelihatan-kelihatan banget semacam kurang liburan. 
Hari ini kami (aku, icha, indah, yunidz, nurul) berpegian dengan cara tak biasa. Cara masa muda. Naik angkot ke smansa. Hihi.. dan hal pertama yang kami lakukan adalah.. yap! Makan! Sengaja aku dan mereka mengosongkan perut sejak pagi untuk merasakan nikmat kantin nasi ayam dan nasi goreng pakde kembali. 

Suasana hari itu adalah hari MOS anak-anak baru. Waah.. terasa sekali masa mudanya. Masa-masa yang mencuatkan rindu pada hati kami. Tapi berbeda dengan sekarang. Suasana MOS lebih terasa ketika masa kami dulu. Karna MOS saat itu seakan-akan satu sekolah ikut merayakan. Satu sekolah ikutan riuh-meriahnya.

Setelah makan, kami menungu waktu zuhur di mushalla. Lalu  duduk di gazebo dan bercerita apa saja yang terlintas dalam pikiran kami. Jujur saja, aku merasa lebih dekat berkali-kali lagi dengan mereka. Aku senang memiliki teman-teman yang sederhana. Yang bukan berbicara tentang dari apa yang dikenakan, make up dan bagaimana lipstick kekinian. Karna biasanya jika orang lain melakukannya, aku hanya akan diam. Gelisah sendirian karna memang tidak tahu apa-apa. Belum tertarik apa-apa. Rasanya, belum masanya saja. Aku benar-benar bersyukur karna bersama mereka.
Sebelum ini, aku bersama mereka di tiga tahun terakhir hanya ketika berlebaran kerumah guru. Kecuali dengan icha dan uciek. Aku, yunidz, indah, dan nurul; kami tak benar-benar sedekat ini. Namun di tahun ketiga ini berbeda. Setelah letih mencari rumah guru pada hari lebaran ke empat, kami memutuskan menyerah dan pergi kerumahku saja. Di rumahku, hal yang kami lakukan sama pula, bercerita dari waktu zuhur hingga waktu maghrib. Selera humor kami sama. Alhamdulillah mudah saja bagi kami merasa "nyambung". 
Namun, Apa yang paling menarik hati kami hari itu? Apa yang kami ceritakan hingga sepanjang waktu bertahan? Adalah kisah-kisah tak sederhana.  Kaum nabi luth, jin, sampai ruqyah. Hihi.
 lalu shalatnya pun kami lakukan secara berjamaah. Rasanya, tiga waktu shalat ini pula yang mengeratkan hati kami bersama-sama :)

Hari ini setelah letih bercerita di gazebo, kami pindah ke kfc dengan menggunakan angkot lagi. Di kfc, entah bagaimana bisa, kami bercerita tentang proses melahirkan. Dari pra hingga pasca. Dan kami termotivasi untuk memiliki anak kami sendiri hihi. Melahirkan secara normal sementara suami berada disamping-menggenggam tangan. Dan hati terasa jauh lebih tenang.
Tapi kata yunidz ada pula cerita lucu. Sang suami yang tadinya berada di samping untuk melihat proses dan menguatkan, tidak tahan. Pingsan seketika. Kemudian malah sang suami yang digotong dan dilarikan ke UGD. 

Setelah (tak) puas-puas bercerita. Hampir memasuki waktu ashar, kami pulang dengan mengetem angkot lagi. Meski angkot sudah 7000 tarifnya ke tempat kami, dalam angkot ini lah akhir dari cerita liburan kami hari ini. Duduk di angkot. Berhadapan satu sama lain. Bercerita, tertawa. 
Ah, begitu banyak bahagia yang Allah timbulkan hari ini.

Yunidz, indah, dan nurul. Tiga sahabat baru bagiku sejak kami bercengkrama dirumahku hari itu. Pada awalnya aku mengira mereka pendiam banget. Salah besar. Tidak sama sekali. Wkwk. Sementara icha adalah sahabatku sejak kelas 8 SMP, sahabat pertamaku dan terbaikku. Sahabat yang turut menyaksikan perjalanan hidupku selama tujuh tahun terakhir. Sahabat yang tahu bagaimana  baik buruk diriku dan masih mau menerimanya. Sahabat yang membawaku pada sahabat-sahabat yang lain. Steven, aziz, indah, nurul dan yunidz.
 Semoga mereka selalu sehat dan baik-baik saja. 

Yah paling tidak, ketika diamanahkan sebagai delegasi untuk munas JRMN 2017 In syaa Allah di Malang nanti, sudah ada sahabat di Malang dan Surabaya yang paling kuinginykan temui. Aku cari.. :')

Terimakasih untuk hari ini. Terimakasih  masih mau Ade bersamai. Semoga Ade cukup pantas dan cukup baik untuk menjadi sahabat kalian. Hihi.

Dan semoga persahabatan ini karena iman. 

Allahumma ya Allah. Selamatkan hamba dari sahabat yang bila ia melihat kebaikanku ia sembunyikan, tetapi bila melihat keburukanku, ia sebarkan.

Allahumma ya Allah. Ajarkan  aku untuk bersyukur.. 








Minggu, 17 Juli 2016

Jalan cinta ini.


Sepuluh hari terakhir sebelum ayahku pergi, ia masih berada di sudut kamar rumah sakit. Ibuku bercerita. Orang-orang menaruh harapan padanya agar ia bertahan. 

Tapi hari itu. Dia terduduk di sudut lantai kamar dengan tangan memeluk kedua kakinya.

Putus asa.

Seakan-akan ia ingin menunjukkan pada dunia. Bahwa ini sakitnya. Ini rasa sakitnya. Begini yang ia rasakan; sakit yang tak tertahankan. Jangan berharap ia akan tinggal lebih lama lagi.

"Sudahlah. Aku tidak kuat lagi.  Lebih baik aku mati di dekat anak-anakku!" tiba-tiba ia, ayah- yang kami tahu-sudah sulit bicara, memecah keheningan dan melantangkan harapannya sendiri. 

Hari itu; ayah yang sederhana ini. Tak perlu lautan manusia menahannya untuk tetap berada di sini, rumah sakit terbaik negri Jiran dengan segala fasilitas dan kemungkinan hidup yang mereka katakan.

Ia bertahan karna satu harapan, 

"Aku ingin pulang."
Untuk dua permata yang aku perjuangkan dibawah petir dan terik hari. 

"Aku ingin pulang."


Kemudian dengan tubuh tinggal berbalut tulang, ayah pulang. Ayah sudah Tak mampu berjalan sendiri. Tapi ia tersenyum di depan pintu rumah kami. Kami memeluknya dan ibu menahan badannya. Ayah mudah jatuh, kata ibu. 

Begitulah cintanya. Cinta yang mematahkan harapan orang-orang namun tetap tumbuh untuk harapannya sendiri.
Sekeras itu ia bekerja. Cintanya.

Jika Aku diberikan kesempatan untuk menentukan sendiri jalan hidupku,

Aku tetap memilih jalan ini. Ayah pergi dan kami tinggal bersama ibu yang setangguh makna kata ayah, juga selembut makna kata ibu.

Meski sudah sembilan tahun dan air mataku masih turun,

Aku tetap melakukannya. Air mata ini hanya perlu turun. Rindu ini hanya perlu kutahan.

Yang penting ayah tak sakit lagi..


Wah.. dan ternyata cinta ini begini.. 

Begini Allah sederhanakan cinta ini. 

Saat kau benar-benar menginginkan surga untuknya, sama seperti kamu menginginkan surga itu untuk dirimu.

Dan kemudian tanpa sadar aku terus saja terbiasa memperbaiki perasaanku dengan cara seperti ini.

Masih bagiku. Yang paling sulit untukku bertahan adalah tetap tenang ketika aku tahu bahwa dirinya merasa kesulitan, putus harapan. 

Sebab aku tak mampu dengan hanya mendengar dan melihat dari ujung sana. Aku ingin berkata bahwa aku akan disini dan kita akan bersama-sama. 

Maka untukmu,
tiap-tiap diri yang aku sebutkan hanya pada-Nya, satu per satu;

"Aku selalu berdoa bahwa kau baik-baik saja. Sakit katakan saja, kau sakit. Katakan saja bila kau merasa sulit. Aku akan mendengarkan. Aku hanya akan berbicara bila kau mengizinkan. 

Tapi tolong, jangan pernah berputus asa. Tolong. Jangan pernah sedih sendirian. 

Masih ada yang mencintaimu tanpa perlu kau melakukan apa-apa. 

Cukup kau ada. Allah jadikan kau sebesar itu. Dirimu.

Yakinlah. Akan ada yang mencintaimu dengan jalan seperti ini,

 meski jalan itu hanya datang dari arahku.."


Minggu, 05 Juni 2016

Ramadhan Al-Ihya.

Hari ini, di tempat ini,
Aku masih tidak menyangka akan sampai di sini..

Jika melihat diriku beberapa tahun belakangan, sekitar lima tahun lalu. Bukan niatan, bahkan sekedar memikirkan agama saja masih bicara nanti. Memakai kerudung tak pernah mematok kapan pasti. Menertawakan orang lain tanpa sadar keburukan diri.

Inginnya tertawa saja, bercanda, dan tak tahu bagaimana caranya malu. Sudah terbiasa mempermalukan diri.

Aku pernah maju kedepan panggung besar karna mendapat predikat siswi terheboh ketika perpisahan tempat lesku. Bukan sebagai finalis tapi akulah pemenangnya.
Maka bayangkan saja, bagaimjana rasanya.

Bicaraku adalah pekikan paling keras. Dan tawaku ikut menyelaraskan diri.
Maka hari itu aku berdiri di atas panggung besar, di hadapan teman-temanku. Aku maju sebagai siswi terheboh se-Dssc Salman Tanjungpinang.

Aku malu jika aku mengingatnya kembali.
Tapi untukku saat itu, aku merasa senang. Aku suka  ekspresi  tawa orang lain yang timbul karenaku. Aku suka senyum yang tersimpul ketika pintu kelas terbuka sebab ada aku yang datang dengan pekik cerianya. 

Saat itu, aku masih ingat dua predikat lain yang maju bersamaku adalah siswi terfavorit dan siswi terbaik. Tentu begitu bangga temanku menerimanya. Hanya Aku disini, yang tak mendapatkan apa yang diinginkan orang kebanyakan. 

Tapi aku masih merasa senang.

Ketika beratus pasang mata melihat kearahku, Aku merasa bahwa nanti, aku akan dirindukan.
Aku adalah gadis yang selalu ingin dikenang. Aku selalu ingin menimbulkan kesan tersendiri di hati orang-orang.

Tapi aku tak sadar bahwa tawa dan pekik itu sudah berlebihan dan tak terkendali. Yang sebakdanya mampu membuat matinya hati.

Tapi hari ini, berbeda keadaanya.
Aku diamanahi menjadi koordinator akhwat statistika angkatanku. Aku tahu aku tak pantas namun tak ada alasan pula untukku selain ketidakpantasan itu..

Sebab Aku tak sebaik apa yang orang lain katakan. Allah, menutupi aib-aibku yang berserakan. Allah Maha Baik dan Aku yang seringkali tak sadar diri, 

Akan dosa-dosa yang sudah berbuih.  buihnya tak dapat kutahan hingga jatuh satu persatu tanpa kendali, tak dapat kutarik kembali.

Tapi jalan ini, jalan yang kuusahakan ini, adalah jalan terbaik yang sedapat mungkin aku lakukan.

 Aku tak ingin ayah dan ibu merasakan panasnya api yang enam puluh sembilan kali lebih panas dari api di bumi sebab sikap dan perbuatan anaknya dahulu.

Di jalan ini. Di tempat ini.
Pondok Pesantren Al-Ihya adalah keluarga baruku dalam menjemput Ramadhan. Alhamdulillah, seminggu sebelum batas akhir kos lamaku, aku dihubungi lagi sebab ada yang kosong satu. Maha Besar Allah..

Ramadhan pertama Al-Ihya. Kebanyakan para santri (laki-laki) dan santriyat (perempuan) disini, sudah pernah mondok sebelumnya. Aku begitu kecil disini. Tilawahku tak sebaik santri dan santriyat lainnya.

Tapi setidaknya perasaan ini lebih baik. 

Aku merenungi ketika jalan hijrahku yang bergerak sendiri, dulu. Aku mengaji hari ini, dan besok? aku bisa saja tidak mengaji. Maka aku bertanya-tanya sendiri. Apa perbedannya hijrah itu, diriku?

Tapi disini bersama-sama. Aku diingatkan ketika lupa diri, ketika perihal dunia tak kunjung menemukan akhirnya. Mati satu tumbuh lagi. Mati lagi tumbuh lagi. Maka disini tempat kami membatasi diri. Berbagi hati dan melihat betapa kecilnya diri agar ujub tak tumbuh dan berkembang hingga akarnya tertangguhkan.

Sahur disini beda rasa. Bisa kenyang dengan makan berbagi. Tarawih disini pun beda rasa. Tanpa melihat televisi, hanya tau kabar dari ustadz sebelum shalat isya.
"Kita langsung tarawih, ya.."
Allah.

Alhamdulillah.
Ahlan wa sahlan, ya ramadhan.
Alhamdulillah ala ni'matil islam wal iman.
Allah. Allah.


Ini gambar dari grup JRMN hehe..

Sabtu, 28 Mei 2016

Walimatul 'Ursy

Ada beberapa temen-temen yang ngga datang karna ngga kenal tapi pada tau kabarnya,  dan ada juga yang kenal tapi ngga bisa datang. Jadi, Aku mau ceritain disini suasana resepsi pernikahan abil.. hihi
Dan inilah harinya. 

Untuk pertama kalinya, aku datang ke pernikahan temen sendiri. Kalau ditanya rasanya, rasanya ya semacam ga menyangka, sudah sebesar ini.

Singkat cerita tentang aku dan abil. Aku dan abil sama-sama Q0.8 TPB IPB , kami lebih dekat ketika aku memutuskan untuk masuk di rohis Q.08(BUROQ). Aku lebih mengenalnya lagi ketika kami sekelompok asistensi PAI di semester dua, yang isinya hanya berlima. Dan yang paling penting untukku, abil adalah orang yang menyarankanku untuk memakai jilbab double atau tidak menerawang di awal-awal hijrahku ketika aku bercerita tentang kondisiku yang mulai tidak nyaman lagi memakai jilbab lempar kiri  lempar kanan..

Maka hari ini, Aku berusaha dari jauh-jauh hari untuk mengosongkan agenda dan hadir di hari bahagianya. Padahal  hari ini aku belum selesai bersih-bersih untuk pindahan besok ke Al-Ihya..^^

Hari ini aku datang bersama teman-teman Q0.8 ku, teman-teman kelasku setahun yang lalu. Kami saling menunggu, dan akhirnya carter angkot. Jadi ketika teman-temanku sudah pada cantik dan rapi pergi kondangan, angkot tetap transportasi tanpa saingan disaat go-car tidak kunjung kami dapatkan.

Di angkot, kami bercerita tentang perasaan kami masing-masing. Ada yang sampai bermimpi tentang abil, ada yang masih tidak menyangka, dan masih sama-sama penasaran bagaimana kisah proses ta'aruf abil dan suaminya (ceritanya sudah sah pagi tadi^^). Cerita-cerita kami masih ada yang berbeda versi, mungkin karna penyampaian yang dari mulut ke mulut. Jadi di angkot, kami menyatukan versi-versi cerita ta'aruf abil ini. Intinya sama, cuma pembedanya adalah bumbu-bumbu penyampainya.

Tidak bisa aku sebutkan disini bagaimana, tapi ma syaa Allah, memang manis ceritanya :)

Setelah dua kali naik angkot+satu mobil, alhamdulillah kami sampai di rumah abil.
Kemudian ada teman yang memanggilku dari belakang.
"Ade, hati-hati ketuker sama pengantinya.."
Nahloh....
Dan ternyata, itu suara Zahra. Jadi, ada yang belum kuceritakan. Zahra  bilang aku mirip sama Abil. Ga cuma zahra, beberapa teman-teman lain yang mengenali aku dan abil juga seperti itu. Sampai pernah, ketika aku hendak mengambil wudhu di mushalla mipa kalau tidak salah, lalu tiba-tiba ada yang menegurku.

"Eh, abil..". Iya, salah orang xD

Karna inilah, timbul pertanyaan dari teman-teman.
"Adenya kapan nyusul?"
"..."

Tapi sebenarnya pertanyaan ini timbul dimana-mana hari ini. Tidak cuma untuk yang datang sendiri. Tapi juga untuk yang datang berdua. Biasanya isi percakapannya begini:
"Kamu, kapan nyusul?"
"Kamu dulu, deh.." jawabnya kepada si penanya dengan muka malu-malu. Kemudian si penanya ikut malu-malu. Dan bermalu-malulah mereka berdua-_-

Kembali lagi ke walimahan abil. Disana, ada Teman-teman q08 yang sudah sampai duluan dan selesai makan. Kami yang baru datang pun langsung ikut bersalaman saja dengan pengantin bersama-sama. Waaaah senengg.. aku sampai kebingungan mau memeluk abil, menyalami saja atau bagaimana. Soalnya kasihan, pengantinnya sudah cantik ma syaa Allah. Takut ada yang rusak kalau kupegang ^^

Suasana pernikahan abil, aku suka. Bagus, masih sederhana, tidak terlalu mewah dan tidak kosong juga. Tapi karna para undangan yang datang pada umumnya adalah teman-teman abil sendiri, mahasiswa, maka nikahan abil semacam acara dialog bersama dekan yang dapet gratis makan. Hihi

Tidak kurang juga kesan hari bahagia berfoto-foto dimana-mana. Tidak kurang juga lagu-lagu bernuansa islami tentang jodoh dunia akhirat yang sukses bikin banyak akhwat baper.

Wawaaah.. Sabar. in syaa Allah kita akan menyusul abil  juga di waktu yang baik menurut-Nya, ukh. Akan ada cerita manis tersendiri, untuk kita, yang juga Allah cipta. Allah, Maha Luas Karya-Nya :)

Sekitar sejaman kami berada disana. Foto bareng Q08, bikin video ucapan untuk abil, dan hal-hal lainnya. Sudah semacam reuni. Sebenarnya kami yang akhwat-akhwat juga sekalian menunggu tamu undangannya agak sepi supaya bisa foto sama abil saja lagi^^
Alhamdulillah. Kami pulang sama-sama membawa perasaan bahagia.

Baper? Baper boleh, kok. Bukan 'Bawa Perasaan', yaa. Tapi 'Bawa Perubahan'. Yuk, sama-sama memperbaiki diri dengan niat karena Allah. Semoga kita pantas untuk dipantaskan. Bisa jadi, karena kita yang memang belum pantas untuk ditemukan :)

"Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, diciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu mendapat ketenangan hati dan dijadikan-Nya kasih sayang di antara kamu. Sesungguhnya yang demikian menjadi tanda-tanda kebesaran-Nya bagi orang-orang yang berpikir,” (Q.S. Ar-Ruum: 21).

Semoga Allah memberkahimu di waktu bahagia dan memberkahimu di waktu susah, serta semoga Allah mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan, Abil :)


Foto bersama pengantin subhanallah  ^^


"Selamat menempuh hidup baru, Abiiil.. Allahummaasholli 'alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa ali sayyidina Muhammad"

Minggu, 22 Mei 2016

Harapan terakhir.

Ada dua lelaki yang memiliki waktu terbaik dalam hidupku. Dua lelaki yang  kuberikan tempat terbaik di dalam hati..

Lelaki pertama, yang sering kukisahkan tentangnya. Ayahku.

Lelaki kedua adalah lelaki yang kukisahkan untuk pertama kali. Ketika aku rindu padanya, rindu itu kusimpan dalam-dalam. Tak pernah kutuliskan..

Ia sudah menjadi sahabat baikku. lelaki kedua. Lelaki rendah hati yang selalu bersabar atasku.
Aku suka memeluknya tiba-tiba. Aku senang menjadi makmum shalatnya. Kalimatnya, selalu saja membuat perasaanku lebih baik. Ketika ayah sudah tidak disini, Ia pernah berkata akan datang sesering mungkin. Ia berkata bahwa aku adalah kesayangannya.

Sore itu, di kursi biru ruang keluarga, aku duduk bersamanya.
Lelaki itu mengatakan harapannya. Dia ingin berada disana, ketika aku berusia 20 tahun. Dia berandai-andai berada di pernikahanku yang ditargetkannya saat usiaku 20 tahun. Dia terus bercerita dengan senyum yang nyata, sedang aku  hanyut dalam perasaanya. Aku sendiri belum pernah membayangkan urusan  nikah-menikah saat itu. Umurku 12 tahun. Yang kurasakan, Aku takut melahirkan. Aku takut menikah dengan abang-abang.. hihi
Tapi karna harapan itu datang darinya, aku membayangkan bagaimana perasaanku.
Aku memikirkannya.
Tapi memikirkannya malah membuatku bahagia.
tak apa-apa bila aku menikah nanti, ayah tak ada.

Sampai kemudian aku tahu bahwa itu adalah harapan terakhirnya. Begitulah caranya pergi keesokan hari.
Tak ada pertanda. Ia hanya mengatakan harapannya kemarin. Tinggalah aku dan bekas harapannya yang belum lagi kering.
Sesak. Tapi yang bisa kulakukan hanya menangis. Menangis seakan hanya tangisanku yang dapat membuatnya kembali.  Dia menghembuskan nafas terakhirnya di atas kapal. Ia pergi ketika sedang bermimpi. Malam itu dikapal kata orang, dingin sekali.   Hatiku menjerit membayangkan orang tua itu, dia pasti kesakitan sekali.

Kakekku.

Sudah sembilan belas tahun umurku, cucunya ini. Meski terkadang sulit bagiku  membiasakan diri,
tak apa-apa bila aku menikah nanti, ayah tak ada. Tak apa-apa bila aku menikah nanti, kakek juga tak ada.
Kelak, Aku ingin menemui mereka dalam keadaan sebaik-baik cucu, sebaik-baik anak.. ^^

Senin, 16 Mei 2016

Perempuan, haruskah menutup diri?

Bersandar dari keputusan saya untuk menutup ig dari followers lawan jenis sejak beberapa waktu lalu, ada komentar-komentar yang langsung ditujukan pada saya. Dan hingga sekarang, rasanya saya masih ngga enak hati :')

1. "Ngapain main instagram kalau gitu?"
2. "Jauh-jauh dari ade ah, ade ngga mau main sama laki-laki lagi."
3. "Parah ade mah, ngeblock.."

Atas komentar yang pertama. Saya pikir-pikir, jadi selama ini, beberapa orang beranggapan bahwa upload foto di media sosial bisa merangkup menjadi media penarik perhatian lawan jenis. Jadi, ngapain main instagram kalau tidak ada followers lawan jenisnya.
Ah, mungkin kita sama-sama pernah terbesit pikiran semacam ini. Istighfar. Istighfar..
Banyakin beristighfar..
Sebab kita-saya-dan kamu- pun, pasti menginginkan; dia yang mendatangi orangtua kita nanti, bukan hanya karna foto-foto baik yang kita umbar di media sosial..

Atas komentar yang kedua. Saya, bukan tidak ingin lagi berinteraksi dengan lawan jenis. Di organisasi, organisasi dakwah yang saya ikuti sekalipun, masih membutuhkan koordinasi bersama laki-laki. Tapi masalah upload-meng-upload ini berbeda. Seringkali, ketika foto kegiatan atau foto bersama teman-teman yang saya upload mendapat notifikasi 'like' dari followers lawan jenis, jujur saya malu. Bukannya kenapa, bukannya apa-apa, dan entah kenapa. Maaf, Saya merasa malu. Terlebih jika foto tersebut dikomentari pujian, malu sekali rasanya..

Berlebihan? Saya tahu. Tapi memang,
Ada hal-hal yang tak memiliki alasan sebab memang begitulah adanya. Rasanya malu saja.
Mungkin kalau tidak ada notifikasi 'like' pada foto seperti foto profil line, bbm dan wa, saya tidak terlalu seperti ini..

Berlepas dari itu, saya senang menulis. Menulis apa saja. Sebagian besar tulisan yang saya tujukan bukan hanya untuk diri saya, tapi  juga bagi yang membacanya. Apalagi, jika yang membacanya adalah wanita-wanita juga, sepenanggungan rasa dengan saya. Maka menjadi hobi tersendiri. Berbagi kenangan dan kegiatan dengan teman-teman perempuan yang hanya bisa saya jumpai disana. Tidak ada lawan jenis pun di media tersebut, tak apa. Karna bukan itu intinya.

Membantu diri saya, pun beberapa orang lainnya, yang juga ingin menjaga hatinya, menundukkan pandangannya. Insyaa Allah..

Rabu, 13 April 2016

Saudaramu, Amanahmu.

Ada cerita tentang seorang pengurus rohis. Ia tengah mengajak temannya yang ketika itu baru saja putus dari sang pacar, untuk ikut menjadi pengurus rohis.

"Nggak ah,  aku berpacaran. Rohis kan tidak boleh pacaran." Jawab temannya itu sambil tersenyum penuh arti.

Deg.

Seketika pernyataan tersebut menohok jantungnya. Ia tahu jelas, temannya tersebut sudah tak lagi berpacaran. Ia teringat sesuatu. Baru-baru ini, ada salah satu pengurus rohis kelasnya yang berpacaran. Dan masih aktif dalam keanggotaan..

Allah.

Terang saja, ketika berita itu muncul,  ia merasakan kekecewaan amat mendalam.  Pada dirinya sendiri. Kenyataan bahwa ia gagal bertanggungjawab sebagai koordinator akhwat di kepengurusan rohisnya, semakin menyesakkan dadanya.

Namun Ia percaya,  ini  bukan sebuah sindiran. Ini adalah teguran dari Allah SWT, tentang amanahnya atas saudara-saudaranya juga..

                                ***

Anggota rohis, berpacaran?

Sebenarnya, rohis ataupun tidak, islam melarang pacaran. Sebab merupakan perbuatan zina. Bahkan larangan untuk mendekati perbuatan tersebut, pun didalam Al-Qur'an telah ada.

Kita bayangkan terlebih dahulu. Kita adalah pengurus rohis. Kita adalah orang-orang yang ingin mencitrakan islam. Tapi bagaimana dengan tubuh kita sendiri? Sebagai pengemban dakwah, kita melaksanakan maksiat. Sebagai pengemban dakwah, tapi kita melanggar perintah Allah. Bagaimana?

1. Ada yang menjawab,

"Sebagai Rohis, kita tidak boleh membiarkan mudharat terjadi dan berlepas diri darinya. Jadi tidak boleh langsung memecat mereka sebagai pengurus. Harapannya, pelan-pelan mereka akan berubah"

Ada benarnya. Dulu aku benar-benar membenarkannya. Tapi setelah bertanya pada ummi ngajiku beberapa waktu lalu, ternyata salah jika kita tidak mempunyai strategi khusus dan terus membiarkannya sebagai pengurus.

Bukankah kita agen perubahan?

Rohis harus tegas. Misalnya, Mas'ul / mas'ulah atau divisi tertentu memberi sang pelaku treatment. Mas'ulah memegang akhwatnya, mas'ul ikhwannya. Buat tenggat waktu, disini pengurus pun harus komit dalam mengajaknya untuk kembali mengingat aturan Allah dan menerangkan dosa serta bahaya berpacaran dalam islam. Jika sudah mencapai batas waktu yang ditentukan, lakukan evaluasi. Bila mereka tidak meneruskan perbuatan tersebut, bersyukurlah sebab Allah telah menggerakkan hati. Mereka pun masih dapat aktif dalam kepengurusan.

Namun bila mereka masih berpacaran, nah artinya rohis tak dapat lagi mengajak mereka, bukan? Rohis atau tidak, mereka tetap berpacaran.

Jika tetap kita biarkan mereka dalam tubuh kepengurusan,
Berrti kita menginginkan dua orang yang berpacaran tetap terisolasi, tetap aman. Namun Ingatlah, bisa jadi kita tidak akan mendapatkan kepercayaan teman-teman yang lain. Sebab sudah memiliki persepsi miring.

Sederhanaya begini. Akan ada persepsi-persepsi bernada menyindir seperti kisah yang di ceritakan tadi; Bagaimana rohis mampu membina mahasiswa yang ada di kampus sementara internalnya saja tidak dapat mereka urus?

Rohis harus tegas. Bukan berarti, ketegasan  membuat mudharat yang terjadi terlantar begitu saja. Tidak. Tapi di bina, dengan cara apa? Rancang program-program dari tiap divisi seperti dibuat kajian, kultum, grup mentoring dll. Mereka yang berpacaran, masih boleh terlibat dan sangat dianjurkan aktif di dalamnya.
Namun tetap, status mereka sebagai pengurus di off- kan. Karna berbahaya, akan menjadi legitimasi bagi yang lain.

2. Ada pula yang menjawab,

"Kita do'akan saja semoga mereka cepat menikah, jangan kita keluarkan"

Mau berdo'a sampai kapan? Memang sudah pasti, mereka saling berjodoh? Ini bukan solusi. Ini selemah-lemahnya semangat juang.. :')
Mari kita mulai memikirkan efek rohis di mata orang-orang sekitar.

Lalu, Bagaimana agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di tubuh rohis?

Kriteria pengurus harus ada kejelasan.

Artinya, rohis adalah contoh. Calon pengurus harus punya syarat lebih. Syarat tersebut berkenaan dengan kewajiban dasar sebagai muslim. Misalnya, tidak berpacaran, berhijab, dsb. Karna khawatir, gara-gara kasus ini, apapun yang dikatakan rohis, tidak ada giginya sama sekali. Kita kehilangan kepercayaan dari orang-orang yang ingin kita dakwahi.

Tentu, Mereka yang ingin masuk rohis adalah orang - orang yang ingin berubah menjadi baik. Namun belum tentu telah taat sepenuhnya. Sebab kita sama-sama masih belajar. Maka disinilah, rohis harus mampu memfasilitasinya.
Mereka tidak mampu mengaji? Tak apa. Kita bikin grup tahsin. Kita berikan materi-materi dasar seputar islam tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Intinya, Kuatkan internal :')

Jika rohis tidak ada bedanya dengan kepengurusan lain, apa kita mau disebut kaum munafik? :') Naudzubillahhimindzalik..
Kita mengemukakan "islam melarang perbuatan zina", namun kita membiarkan kemaksiatan itu ada.

Jangan lupa. Saudaramu adalah amanahmu..

Ini tugasmu,

diriku.