Selasa, 19 Juli 2016

Berlibur ke smansa.



Hari ini karena begitu besar bahagia yang Allah tumbuhkan, maka aku bertekad untuk menuliskannya. Setiap bahagia yang Allah takdirkan. Setiap kesedihan yang Allah ganti. Hingga bila aku khilaf dan lupa nanti, aku ingin tulisan hari ini dapat memperbaiki peraaanku kembali. "Oh, begitu bahagianya hari-hari itu. Kenapa harus bekeluh karna sedih satu kali?" :)

Berlibur ke smansa. Sengaja aku memilih judul ini biar gak kelihatan-kelihatan banget semacam kurang liburan. 
Hari ini kami (aku, icha, indah, yunidz, nurul) berpegian dengan cara tak biasa. Cara masa muda. Naik angkot ke smansa. Hihi.. dan hal pertama yang kami lakukan adalah.. yap! Makan! Sengaja aku dan mereka mengosongkan perut sejak pagi untuk merasakan nikmat kantin nasi ayam dan nasi goreng pakde kembali. 

Suasana hari itu adalah hari MOS anak-anak baru. Waah.. terasa sekali masa mudanya. Masa-masa yang mencuatkan rindu pada hati kami. Tapi berbeda dengan sekarang. Suasana MOS lebih terasa ketika masa kami dulu. Karna MOS saat itu seakan-akan satu sekolah ikut merayakan. Satu sekolah ikutan riuh-meriahnya.

Setelah makan, kami menungu waktu zuhur di mushalla. Lalu  duduk di gazebo dan bercerita apa saja yang terlintas dalam pikiran kami. Jujur saja, aku merasa lebih dekat berkali-kali lagi dengan mereka. Aku senang memiliki teman-teman yang sederhana. Yang bukan berbicara tentang dari apa yang dikenakan, make up dan bagaimana lipstick kekinian. Karna biasanya jika orang lain melakukannya, aku hanya akan diam. Gelisah sendirian karna memang tidak tahu apa-apa. Belum tertarik apa-apa. Rasanya, belum masanya saja. Aku benar-benar bersyukur karna bersama mereka.
Sebelum ini, aku bersama mereka di tiga tahun terakhir hanya ketika berlebaran kerumah guru. Kecuali dengan icha dan uciek. Aku, yunidz, indah, dan nurul; kami tak benar-benar sedekat ini. Namun di tahun ketiga ini berbeda. Setelah letih mencari rumah guru pada hari lebaran ke empat, kami memutuskan menyerah dan pergi kerumahku saja. Di rumahku, hal yang kami lakukan sama pula, bercerita dari waktu zuhur hingga waktu maghrib. Selera humor kami sama. Alhamdulillah mudah saja bagi kami merasa "nyambung". 
Namun, Apa yang paling menarik hati kami hari itu? Apa yang kami ceritakan hingga sepanjang waktu bertahan? Adalah kisah-kisah tak sederhana.  Kaum nabi luth, jin, sampai ruqyah. Hihi.
 lalu shalatnya pun kami lakukan secara berjamaah. Rasanya, tiga waktu shalat ini pula yang mengeratkan hati kami bersama-sama :)

Hari ini setelah letih bercerita di gazebo, kami pindah ke kfc dengan menggunakan angkot lagi. Di kfc, entah bagaimana bisa, kami bercerita tentang proses melahirkan. Dari pra hingga pasca. Dan kami termotivasi untuk memiliki anak kami sendiri hihi. Melahirkan secara normal sementara suami berada disamping-menggenggam tangan. Dan hati terasa jauh lebih tenang.
Tapi kata yunidz ada pula cerita lucu. Sang suami yang tadinya berada di samping untuk melihat proses dan menguatkan, tidak tahan. Pingsan seketika. Kemudian malah sang suami yang digotong dan dilarikan ke UGD. 

Setelah (tak) puas-puas bercerita. Hampir memasuki waktu ashar, kami pulang dengan mengetem angkot lagi. Meski angkot sudah 7000 tarifnya ke tempat kami, dalam angkot ini lah akhir dari cerita liburan kami hari ini. Duduk di angkot. Berhadapan satu sama lain. Bercerita, tertawa. 
Ah, begitu banyak bahagia yang Allah timbulkan hari ini.

Yunidz, indah, dan nurul. Tiga sahabat baru bagiku sejak kami bercengkrama dirumahku hari itu. Pada awalnya aku mengira mereka pendiam banget. Salah besar. Tidak sama sekali. Wkwk. Sementara icha adalah sahabatku sejak kelas 8 SMP, sahabat pertamaku dan terbaikku. Sahabat yang turut menyaksikan perjalanan hidupku selama tujuh tahun terakhir. Sahabat yang tahu bagaimana  baik buruk diriku dan masih mau menerimanya. Sahabat yang membawaku pada sahabat-sahabat yang lain. Steven, aziz, indah, nurul dan yunidz.
 Semoga mereka selalu sehat dan baik-baik saja. 

Yah paling tidak, ketika diamanahkan sebagai delegasi untuk munas JRMN 2017 In syaa Allah di Malang nanti, sudah ada sahabat di Malang dan Surabaya yang paling kuinginykan temui. Aku cari.. :')

Terimakasih untuk hari ini. Terimakasih  masih mau Ade bersamai. Semoga Ade cukup pantas dan cukup baik untuk menjadi sahabat kalian. Hihi.

Dan semoga persahabatan ini karena iman. 

Allahumma ya Allah. Selamatkan hamba dari sahabat yang bila ia melihat kebaikanku ia sembunyikan, tetapi bila melihat keburukanku, ia sebarkan.

Allahumma ya Allah. Ajarkan  aku untuk bersyukur.. 








Minggu, 17 Juli 2016

Jalan cinta ini.


Sepuluh hari terakhir sebelum ayahku pergi, ia masih berada di sudut kamar rumah sakit. Ibuku bercerita. Orang-orang menaruh harapan padanya agar ia bertahan. 

Tapi hari itu. Dia terduduk di sudut lantai kamar dengan tangan memeluk kedua kakinya.

Putus asa.

Seakan-akan ia ingin menunjukkan pada dunia. Bahwa ini sakitnya. Ini rasa sakitnya. Begini yang ia rasakan; sakit yang tak tertahankan. Jangan berharap ia akan tinggal lebih lama lagi.

"Sudahlah. Aku tidak kuat lagi.  Lebih baik aku mati di dekat anak-anakku!" tiba-tiba ia, ayah- yang kami tahu-sudah sulit bicara, memecah keheningan dan melantangkan harapannya sendiri. 

Hari itu; ayah yang sederhana ini. Tak perlu lautan manusia menahannya untuk tetap berada di sini, rumah sakit terbaik negri Jiran dengan segala fasilitas dan kemungkinan hidup yang mereka katakan.

Ia bertahan karna satu harapan, 

"Aku ingin pulang."
Untuk dua permata yang aku perjuangkan dibawah petir dan terik hari. 

"Aku ingin pulang."


Kemudian dengan tubuh tinggal berbalut tulang, ayah pulang. Ayah sudah Tak mampu berjalan sendiri. Tapi ia tersenyum di depan pintu rumah kami. Kami memeluknya dan ibu menahan badannya. Ayah mudah jatuh, kata ibu. 

Begitulah cintanya. Cinta yang mematahkan harapan orang-orang namun tetap tumbuh untuk harapannya sendiri.
Sekeras itu ia bekerja. Cintanya.

Jika Aku diberikan kesempatan untuk menentukan sendiri jalan hidupku,

Aku tetap memilih jalan ini. Ayah pergi dan kami tinggal bersama ibu yang setangguh makna kata ayah, juga selembut makna kata ibu.

Meski sudah sembilan tahun dan air mataku masih turun,

Aku tetap melakukannya. Air mata ini hanya perlu turun. Rindu ini hanya perlu kutahan.

Yang penting ayah tak sakit lagi..


Wah.. dan ternyata cinta ini begini.. 

Begini Allah sederhanakan cinta ini. 

Saat kau benar-benar menginginkan surga untuknya, sama seperti kamu menginginkan surga itu untuk dirimu.

Dan kemudian tanpa sadar aku terus saja terbiasa memperbaiki perasaanku dengan cara seperti ini.

Masih bagiku. Yang paling sulit untukku bertahan adalah tetap tenang ketika aku tahu bahwa dirinya merasa kesulitan, putus harapan. 

Sebab aku tak mampu dengan hanya mendengar dan melihat dari ujung sana. Aku ingin berkata bahwa aku akan disini dan kita akan bersama-sama. 

Maka untukmu,
tiap-tiap diri yang aku sebutkan hanya pada-Nya, satu per satu;

"Aku selalu berdoa bahwa kau baik-baik saja. Sakit katakan saja, kau sakit. Katakan saja bila kau merasa sulit. Aku akan mendengarkan. Aku hanya akan berbicara bila kau mengizinkan. 

Tapi tolong, jangan pernah berputus asa. Tolong. Jangan pernah sedih sendirian. 

Masih ada yang mencintaimu tanpa perlu kau melakukan apa-apa. 

Cukup kau ada. Allah jadikan kau sebesar itu. Dirimu.

Yakinlah. Akan ada yang mencintaimu dengan jalan seperti ini,

 meski jalan itu hanya datang dari arahku.."