Jumat, 09 Maret 2018

Kepada kamu, takdirku.


Aku mencintaimu. Rasanya kata itu tak cukup bila kukatakan sekali dua kali, nanti. Tentang apa apa yang kau rasakan- begitupula aku-segalanya sama jika bisa kita menakari besarnya.

Aku bertanya-tanya bagaimana kita ingin menjadi lebih baik lagi namun seringkali kita tak tahan pada keadaan diri kita sendiri. Bagaimana caranya kita melawan rindu  yang tak lengah untuk menarik kita berdua. Rindu yang terus menerus berkata pada diri kita; tak apa. Hanya pertemuan singkat sedikit saja, katanya.

Maka aku berada di jalan agar kita tak bertemu dahulu sebab aku mencintaimu.

Aku takut bahwa nanti,
jika hari itu benar terjadi dan kita benar bersatu. lalu memiliki satu yang serupa dengan dirimu,

Ia akan bertanya
bagaimana ibu dan ayahnya saling tahu?
Haruskah kujawab pula-kita beberapa waktu sengaja bertemu diam-diam sementara aku tak ingin di kemudian hari dirinya melakukan hal demikian?

Aku selalu percaya bahwa apa-apa yang kita usahakan hari ini akan berdampak pada apa-apa yang ia lakukan kemudian. Aku mulai berhati-hati pada apa yang aku makan sebab aku takut akan berdampak pada kerasnya hatinya semakin ia beranjak dewasa. Aku berhati-hati pada tempat yang aku kunjungi sebab kelak aku berharap ia, menarik diri dari tempat yang Allah murkai.

Aku belajar mengaji karna nanti, aku ingin dia mengenal Tuhannya sedari dini.

Sebab Aku mencintainya..


Bahkan sebelum aku tahu bahwa apakah Allah mengijinkan, ia ada didalam perutku dan tendangan kaki mungilnya; hanya aku satu-satunya yang merasakan. 

:)

Semoga kita tak kemana-mana. Semoga kita tak saling menyakiti.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar